Mbak Santi dan Temannya Lina 2



Saya berdiri serta mengusung badan Mbak Santi ke tengah tempat tidur. Penisku yang telah tegang dari barusan, selekasnya saya menembakkan lagi ke lubang vagina Mbak Santi yang tidak perawan tetapi masih berasa lengket. Kami saling merasai kehangatan yang nikmat.
"Yang dalam.. cepat.. ah.., enak.." pinta Mbak Santi. Saya pompakan penisku dengan penuh hasrat.

Sesaat Lina ke kamar mandi serta mengurung diri dari sana. Kemungkinan berendam di bathtub. Impak inex membuat ketahanan persenggamaanku dengan Mbak Santi lumayan lama. Beberapa style kami kerjakan. Mbak Santi seringkali mengeluh serta menggigit pundakku waktu capai orgasme. Sesaat penisku masih anteng serta melesak-lesak ke vagina Mbak Santi.

"Aduh.. lelah, sayang..!" rintih Mbak Santi.

"Istirahat dahulu.. yah..?"

"Sabar, dong, say. Saya benar-benar nikmati hangatnya vaginamu," rayuku.

Mbak Santi lalu menggelepar pasrah, tidak sanggup lagi menggerak-gerakkan badannya yang lagi kugarap. Matanya terpejam. Saya makin terangsang menyaksikannya tidak berkapasitas. Kami telah bermandikan keringat. Tetapi penisku masih tegang, belum ingin memuntahkan sperma. Pada akhirnya saya kasihan sama Mbak Santi yang telah keletihan serta terlihat tertidur walau saya masih menggagahinya.

Saya dengar bunyi keciprak-kecipruk di kamar mandi. Spontan saya bangun serta melepas penisku dari vagina Mbak Santi. Dengan cara perlahan agar tidak menggugah Mbak Santi dari tidurnya, saya berjalan serta perlahan-lahan buka pintu kamar mandi. Betul saja Lina sedang berendam di bathtup dengan badan bugil. Dia terlihat sedang nikmati kehangatan air yang menyelupnya. Kepalanya bersender pada ujung bathtub. Saya mendatanginya dengan penis yang masih tetap tegang.

Mata lina terbuka serta terkejut melihatku berdiri disamping bathtup, menghadap ke arahnya.

"Mana Santi?" tanyanya 1/2 berbisik sekalian matanya naik turun lihat mengarah muka serta penisku yang ngaceng.

"Ia tidur.. jangan bising," kataku sekalian naik ke bathtup serta langsung menindih badan Lina yang sintal serta pasrah. Kami bergumul dalam cumbuan yang hot.

"Lin kamu di atas yah.. " Saat ini posisiku berada di bawah, ia selekasnya naik keatas perutku serta dengan selekasnya di pegangnya penisku sekalian ditujukan kevaginanya, kulihat vaginanya indah sekali, dengan bulu-bulu pendek yang menbuat rasa gatal serta enak waktu bersinggungan dengan vaginanya. "Aaawww.. enak sekali vagina kamu Lin.."

"Enak kan mana sama punyai Santi..?"

Tuturnya sekalian memutar pantatnya yang bahenol. Rasa-rasanya penisku ingin patah saat diputar di dalam vaginanya dengan berputar-putar lama-lama semakin cepat.

"Ah.. Lin.. enak sekali ah.." Saya juga bangun sekalian mulutku cari pentil susunya, selekasnya kukemut serta kuhisap.

"Ton.. saya ingin keluar.."

"Rasa-rasanya mentok.. ah.."

Memang dengan tempat ini berasa sekali ujung batangku sentuh peranakannya.

"Ah.. ah.. eh.." suaranya setiap saat saya menyodok vaginanya.

Kugenjot vaginanya secara cepat. Ia seperti kesurupan tiap ia turun naik di atas batangku yang diapit erat vaginanya,

"Lin ingin keluar.."

Kupeluk erat ia sekalian melumat putingnya. Kupompa vaginanya sampai kami tidak sadar keluarkan desahaan serta rintihan birahi yang sampai menggugah Mbak Santi. Mbak Santi mendadak berdiri di pintu kamar mandi dengan badan bugil serta matanya memandang saya serta Lina yang lagi bersetubuh.

"Begitu yah, tidak senang dengan saya kamu dengan Lina," hardik Mbak Santi dengan suara manja, pura-pura geram.

Eh, justru Mbak Santi sekarang turut naik ke bathtup.

"San, mari giliran, saya telah 2x dibuat keluar, sampai lemes rasa-rasanya. Cowokmu ini begitu perkasa," kata Lina.

"Mari sayang, saat ini saya akan membuat penismu muntah," kata Mbak Santi.

Selekasnya Mbak Santi hampiri saya di bath yang sarat dengan air, dilihat Lina yang duduk di ujung bathtup sekalian membersihkan vaginanya, serta pahanya jadi sandaran kepala Mbak Santi. Kusuruh ia nungging, karena itu nampaklah lubang vaginanya yang basah serta berwarna merah, kuarahkan kepala penisku ke lubang tempiknya dengan cara perlahan. Kutekan penisku semakin dalam lagi, ia menggoyahkan pantatnya sekalian meredam sakit. Terdengar suara kecroot, kecroot jika kutarik serta kumasukan penisku di lubang vaginanya, sebab suara air kali ya.

Mbak Santi makin histeris, sekalian menggenggam tepian Bath Tub ia goyangkan pinggulnya makin cepat serta suara kecrat, kecroot makin keras. Selang beberapa saat.

"Aduh say saya tidak tahan lagi ingin keluar..".

"Aduh sayang.. terus.."

Mbak Santi terkulai lemas serta vaginanya kurasakan makin licin, hingga pahaku basah oleh cairan vaginanya yang keluar banyak. Sebetulnya saya juga tidak tahan ingin keluar, ditambah lagi dengar desahan-desahan yang erotis di saat Mbak Santi akan orgasme.

"Aduh, sayang, saya kalah lagi nih, mau orgasme!"

Cairan hangat berasa masih mengalir dari dalam vagina Mbak Santi. Saya terus menggenjot vaginanya. Muka Mbak Santi nampak pucat sebab telah sering orgasme. Lihat muka cantik yang menurun itu, genjotanku dipercepat.

"Sayang, saya ingin keluar nich.."

"Mengeluarkan di saja sayang, kita keluarin bertepatan, Santi ingin keluar."

Serta Pada akhirnya spermaku mendesir ke tangkai jakar serta saya capai orgasme yang diiringi juga dengan orgasme Mbak Santi. Air maniku keluar dengan derasnya ke vagina Mbak Santi serta Mbak Santi juga menikmatinya.

"Pada akhirnya saya sukses membuat kamu capai pucuk kesenangan sayang," kata Mbak Santi sekalian memeluk serta menciumi bibirku. Berasa nikmat, licin, geli bersatu jadi satu jadi sensasi yang membuatku suka. Kami bertahan pada tempat itu sampai kami saling melepas air mani kami.

"Lin.. emut penisku sayang" kataku lalu mengambil penisku dari vaginanya Mbak Santi. Lalu Lina melumat 1/2 penisku sampai pejuhku habis keluar.

"Mhh.. ah.. enak sekali pejuhmu" tuturnya sekalian mengocok ngocok penisku cari tersisa air pejuhku.

"Tetapi sesaat lagi nagaku akan bangun lagi lho. Melihat, telah mulai menggeliat!" kataku, merayu.

"Hhhaah..?" Mbak Santi serta Lina terkesiap bertepatan solid.

Selanjutnya saya selekasnya keluar dari bathtup dekati Lina serta memerintahnya membelakangiku. Dari belakang saya arahkan penisku ke vaginanya yang telah basah lagi sebab nafsu lihat saya serta Mbak Santi.

Sleepp.. bless..

Saya langsung masukkan penisku keburu buru, sebab sempit waktu membuat kesakitan Lina.

"Aduuh perlahan pelan dong Say.., Lina sakit nih" tuturnya cukup mendesah.

"Sorry Sayang saya begitu nafsu nih" kataku lalu tanganku menyambar susunya yang menggelantung indah. Lalu saya mulai memaju-mundurkan pantatku sekalian tanganku berpegangan pada susunya serta meremasnya.

"Shh.. ahh.. shh.." kata Lina 1/2 mendesah kesenangan.

"Lin.. vaginamu sempit.. nikmat Lin.." teriakku menemani kenikmatanku pada kemaluan kami. Sleep.. bles.. cplok.. cplok.. irama persetubuhan kami benar-benar indah sampai saya suka.

Kami lakukan tempat nungging itu lama sekali sampai kami saling sampai hampir bertepatan.

"Shh.. ahh.. say, Lina sampai nih" tuturnya sekalian kepalanya mendongak kebelakang.

"Iya Lina sayang, saya sampai nih, di dalam yah say.." kataku lalu menusukkan penisku dalam dalam divagina Lina.

Seerr.. croot..croot kami keluar hampir bertepatan lalu saya mengambil penisku dari vagina Lina.

penisku nampak basah dari air mani kami serta air kesenangan Lina.

"Ugh.. say enak sekali.." tuturnya.

Lalu kami duduk istirahat ditepian bagian kamar mandi sekalian menanti tersisa kesenangan tadi kami lewati.

Tamat Artikel Berkaitan