Mbak Santi dan Temannya Lina 1
Ceritaku bermula kira-kira dua tahun lalu. Dengan kecerdasanku mengurus waktu itu saya sudah mempunyai banyak konsumen setia di bengkelku. Umumnya dari mereka ialah beberapa karyawan yang kerja di daerah perkantoran itu. Diantaranya sebutlah saja Mbak Santi, umurnya 35 tahun. Dia ialah seorang manajer di satu perusahaan. Mukanya lumayan menarik, dengan kulit putih bersih. Badannya benar-benar seksi, padat, serta berisi. Sebagai pusat perhatianku ialah payudaranya. Memiliki bentuk besar, tetapi nampak cocok dengan bentuk badannya. Saya seringkali memikirkan bila satu waktu bisa merasai halusnya kulit dadanya serta meremas serta mengulum putingnya susunya.
Malam itu saya sedang menanti Taxi ingin pulang, sebab mobil yang umum saya gunakan, dipinjam adik. Saya barusan usai tutup bengkel. Seputar 10 menit saya menanti, tiba mobil sedan mendekatiku, lalu kaca mobil itu terbuka, serta kulihat Mbak Santi di mobil eksklusif itu menyebutku, ia juga menanyakan
"Ingin ke mana An..? kok sendirian, ingin saya antar tidak?"
Tanpa ada basa-basi saya lalu masuk mobil eksklusif itu, selanjutnya kita mengobrol di mobil. Secara singkat Mbak Santi ajakku ke discothique, saat itu malam minggu.
Sesampainya di discothique. Kami cari table yang kosong serta taktiks di sudut tetapi dapat lihat floor dance.
"Saya sedang pesan lagi satu untuk kita berdua," kata Mbak Santi.
Untuk "on", saya memang perlu dorongan inex, tetapi cukup 1/2, sesaat satu setengahnya lagi untuk Mbak Santi. Rupanya ukuran satu 1/2 baru cukup untuk Mbak Santi. Rupanya Mbak Santi senang triping.
Pesanan tidak lama tiba. Kubayar bill-nya. Ditanganku ada dua butir pil inex, yang satu saya buat dua. Mbak Santi selekasnya menelan satu 1/2, serta bekasnya untuk ku. Sesudah 15 menit, Mbak Santi nampak makin on. Karena itu kami berjoget, menari-nari, serta berteriak senang di diskotek yang sarat dengan orang yang saling triping.
Waktu saya berdiri serta lihat Mbak Santi "ON" berjoget dengan erotisnya, selang beberapa saat Mbak Santi mendekati serta rapatkan badannya yang mulus itu ke depanku. Dia kenakan t-shirt putih serta celana warna gelap. Dalam keremangan serta kilatan lampu diskotek, dia terlihat manis serta anggun. Saya kembali lagi menyibukkan diri dengan bergoyang serta memeluknya belakang badannya. Kadang-kadang tangan ku dengan nakal meremas dada Mbak Santi yang masih tetap tertutup baju, Tanganku semakin nakal coba berkelana dibalik bajunya serta meremas ke dua gunung kembarnya yang masih tetap terbalut BH. Tanganku pada akhirnya bisa merasai halus dari payudara Mbak Santi, jari-jari ku mencari puting payudara Mbak Santi dengan menyelinap ke BH Mbak Santi. Saya remas dada Mbak Santi dengan perasaan, lalu tanganku bergerak ke punggung Mbak Santi berupaya buka pengait bra itu, saya telah sukses melepas pengait BH nya hingga dengan bebas tangan kananku membelai serta meremas buah dadanya yang keras sesaat tangan kiriku tetap mendekapnya serta mulutku juga menciumi leher tahap itu, sekalian tanganku mainkan pucuk puting susu itu sampai memeras karena remasan tanganku.
Sesaat Mbak Santi cuma pejamkan matanya menghayati tiap jamahan tangan serta terus bergoyang ikuti irama, saya terus mengelus dadanya hingga membuat Mbak Santi dari pergerakan badannya Mbak Santi memang terlihat ingin sekali dipuasi, nampak dari pantatnya yang montok serta masih terbalut rok, terus mendekat ke ke belakang. "Kamu telah on berat ya?" tuturnya. Saya tersenyum, kupeluk badannya serta kucium pipinya.
Pada jam 02.00 pagi, DJ memberitahukan discothique tetap akan membuka sampai jam 05.00.
Pengunjung bersorak-sorai riang senang. Tetapi Mbak Santi keliatannya telah mulai "Droop".
"Sayang saya telah capek," keluh Mbak Santi.
"Ah, waktu capek, sayang," ucapku sekalian terus memeluk erat serta menciumi leher belakangnya.
"Sayang.. kita pulang yuk..," tuturnya. "Saya ingin istirahat".
"Pulang ke mana?" tanyaku.
"Ke mana saja" jawabnya. Saya baru pahami, jika ia ingin lanjut ke tempat tidur.
"Saya sebetulnya telah booking kamar di hotel dekat sini" katanya.
"Jika demikian. kita kesana"
"Tetapi nantikan, saya ingin katakan teman dahulu yang lagi digaet cowok di sudut sana," tuturnya.
Pas jam 02:30 pagi hari kami keluar dari discothique itu dengan rasa senang serta suka terus kami ke arah hotel. Sesampainya kami dikamar Mbak Santi langsung berjoget lagi kesempatan ini tanpa ada musik tetapi ia yang menyanyi serta sambil menanggalkan bajunya cocok seperti orang sedang menari striptis, saya cuma lihat serta duduk disebuah bangku sofa yang ada pas dimuka jendela.
Sekalian menari serta menanggalkan bajunya Mbak Santi mendekati saya serta selekasnya jongkok dimuka saya sekalian buka resleting celana saya, saya cuma memerhatikan apakah yang akan dilakukan, "Wowww.. besar serta kencang sekali.. buat Santi ya.."
Selanjutnya Mbak Santi mengulum penisku yang menegang semenjak barusan.
"Ooogghh.. sshh.. enak sekali San..", ucapku.
Ia keluarkan penis saya yang telah 1/2 tegang serta langsung diisapnya dalam-dalam. Jago memang Mbak Santi dalam mainkan isapannya, sekalian menyedot lidahnya terus menari serta meliuk dilanjutkan ke buah zakar saya, sesudah 10 menit naik serta turun ia isap serta jilatin penis saya, Mbak Santi lemparkan badannya ke atas kasur, serta jatuh celentang. Langsung saya menyergapnya, serta kami bercumbu dengan dorongan nafsu tinggi sekali sebab impak inex.
Kami berciuman, beradu lidah serta berganti-gantian menyedotnya. Kuciumi pipinya, matanya, keningnya, dagunya. Kujilati daun telingaya, serta kusodok-sodok lubang telinganya dengan lidahku.
Tanganku tidak diam. Mengelus serta meremas rambutnya, telusuri leher serta belahan dadanya. Kuusuap-usap perutnya, punggungnya, serta bokongnya. Kubekap vaginanya yang ditumbuhi bulu halus yang rimbun. Jemari manis serta telunjukku renggangkan tepian vagina Rani. lalu jemari tengahku mengorek-ngorek klitorisnya dengan penuh perasaan.
"Ooh.. sshh.. aahh..!" desah Mbak Santi.
"Sayang..," dengusku sekalian terus mencumbunya.
Saya menarik tanganku dari vagina Mbak Santi. Sekarang ke-2 tanganku mengelus-elus tepian payudaranya. Berputar-putar hingga kemudian meremas sisi putingnya. Pada akhirnya anganku terwujud.
"Oooh.. terus.. say..!" desah Mbak Santi lagi.
Saya jilati tepian buah dadanya, lalu mengisap putingnya.
"Oohh.. sayang..!" Mbak Santi mendesah nikmat. Mbak Santi bangun serta menggerakkan saya agar celentang. Dia lakukan cumbuan mengikuti caraku. Dia juga meringkus penisku serta mengelusnya dengan desakan yang menghidupkan birahi. Mbak Santi memutarkan tubuh di atas badanku yang celentang. Dia menciumi serta menjilati penisku sesaat vaginanya disumpalkan ke mulutku.
Pada akhirnya Mbak Santi jatuhkan diri ke tempat tidur serta menarik tanganku. Sesaat buah dadanya semakin kencang. Putingnya semakin memeras. Nafasnya tersengal-sengal. Keringat telah membasahi sekujur badannya. Seperti keringatku. nafasku. sang nagaku yang telah meronta. Ia kelihatannya bingung saat kuambil dua bantal. Secara halus kuangkat badannya, lalu bantal itu kuletakkan di bawah pantatnya. Menyokong badan sisi bawahnya. Membuat pahanya yang putih mulus semakin melawan. Ditambah saat bukit venus dengan bulu-bulu halusnya menyembul ke atas. Membuat magmaku berasa ingin meledak. Ia mengeluh waktu lidahku selanjutnya jariku mengelus-elus bulu-bulu itu. Ia menjerit waktu kucoba menyingkap kemaluannya dengan jemari telun-jukku. Otot pahanya meregang waktu kuhisap clitorisnya.
"Masukan penismu, cepat sayang," rintihnya.
"Aahh..!" rintihan kenikmatannya kesempatan ini terdengar hampir seperti jeritan. Saya jongkok di tepi tempat tidur, kutarik kaki Mbak Santi sampai bokongnya ada di pinggir tempat tidur. Kusingkap selangkangannya, serta kulumat vaginanya yang telah becek.
Kubalikkan badannya, kujilati bokongnya sekalian kadang-kadang 1/2 menggigitnya. Kukorek-korek anusnya dengan jemari tengahku.
"Ouuwww.. ooh.. sshh.. sayang, cepet input!" tuturnya memelas-melas.
Makin Mbak Santi menghangat birahi, saya makin terus mempermainkannya serta belum ingin lakukan penetratif. Saya lihat Mbak Santi sampai teteskan air mata meredam orgasme.
Digenggamnya penisku yang telah jadi membesar ini. Ia bimbing serta penisku berasa sentuh bibir kemaluannya. Ia melepas pegangannya. Kudorong sedikit. Ia menjerit. Kutahan nafas. Lalu kutekan lagi. Ia memekik. Pada dorongan beberapa kalinya target terlepas lagi. Ia terengah-engah. Saya ambil tempat. Duduk 1/2 jongkok, ke-2 kakinya kutarik. Membuat jepitan atas badanku. Kuarahkan penisku ke lubang yang basah serta menganga itu. Saat kudorong ia meremas rambutku kuat-kuat. Kutekan. Serta kutekan terus. Tidak memperdulikan rintihannya. Ke-2 kakinya meregang ototnya. Dengan penuh kepercayaan kutambah tenaga doronganku. Pertama berasa gemeretaknya tulang. Selanjutnya berasa suatu hal yang plong. Membuat ia menjerit, mendesah keras,
"Acchh.. sshh.."
Saat kupacu ia dengan irama yang lamban ia mengeluh, menjerit, mendesah terus. Kuubah tempat. Sekarang ke-2 tanganku ada di belakang punggungnya. Membuat hubungan antara ketiaknya. Ia meremas rambutku bersamaan dengan naik turunnya badanku. Kukunya mencengkram punggungku saat kukayuh pantatku penuh irama. Naik serta turun. Tarik serta dorong. Rintihan serta jeritannya seolah tidak kupedulikan. Saya stop ditengah-tengah jalan. Ia meronta. Buka matanya. Dengan muka kuyu. Dari keringat kami yang bersatu. Tanpa ada disangka, ia mulai ikuti irama permainanku. Dengan meredam rasakan sakit ia gerakkan pinggulnya. Memutar serta memutar. Kadang-kadang membentak badanku yang di atasnya.
Selang beberapa saat Mbak Santi mengubah tempat menempati pahaku, menggenggam penisku serta dimasukkannya perlahan ke vaginanya.
"Uppss.. ooh.." rasa-rasanya sangat nikmat penisku di dalam vaginanya. Mbak Santi terus bergoyang turun naik.
"Ahh.. enak.."erangku.
Mbak Santi terus bergoyang sekalian menjerit kecil. Dadanya yang turun naik langsung kuremas. Lalu kubalikkan tempatnya kebawah.Serta saya giliran memompanya dari atas. Saya terus memompa hingga kemudian ia mengeluh panjang. Otot vaginanya berkontraksi meremas penisku
"Oghh.. saya telah keluar sayang.." erang Mbak Santi.
Mendadak, pintu kamar ada yang mengetuk.
"San.. San!" suara wanita.
Saya terkejut serta pernah berhenti mencumbu Mbak Santi.
"Lanjutkan, sayang..! Itu temanku, diamkan saja," kata Mbak Santi.
"San..!" pintu diketok lagi diiringi suara panggilan.
"Masuk saja, Lin, tidak digembok, kok" tutur Mbak Santi.
"Huuss..!! Kita lagi nanggung serta bugil ini waktu temenmu diminta masuk..?" sergahku.
"Engga apa-apa, cuek saja.." kata Mbak Santi mudah sekalian tersenyum manis.
"Wah, ternyata lagi pada asyik nih," kata Lina demikian membuka pintu serta masuk ke kamar.
Saya masih juga dalam tempat jongkok serta penisku masih di vagina Mbak Santi, serta cuma menyeringai lihat kehadiran Lina.
"Mana cowokmu barusan?" bertanya Mbak Santi.
"Tahu kamu pulang ke hotel bawa serta cowok, yah saya dibawa ke hotel lain" sahut Lina.
Saya masih bengong dengar pembicaraan dua cewek cantik itu. Mendadak tangan Mbak Santi menarik tanganku yang tersampir di pahanya.
"Mari sayang goyangin penismu, jangan kalah sama Lina" paksa Mbak Santi.