Desah Nafas - 2
Tetapi tidak ada pengaruhnya benar-benar. Tanganku bertukar tempat. Tangan kiri kulingkarkan pada lehernya. Sesaat tangan kanan membimbing kemaluanku untuk masuk dalam lubang vaginanya. Kubiarkan ke-2 tangannya mencakar serta memukul-mukul badanku.
Saya demikian terkejut, saat penisku baru sentuh sisi luar vaginanya, mendadak ada satu tekanan pada penis-ku. Tidak dapat kutahan. Saya ingin alami orgasme. Hingga saya segera menjatuhkan badanku, serta menumpahkan maniku ke atas kasur sekalian telungkup. Tidak kuberi tahu pada Nia, jika saya sudah orgasme. Nia tidak bergerak. Ia menitikan air matanya. Saya juga memungut lagi celanaku, serta menggunakannya.
"Trimakasih, A. Rupanya Aa dapat mengaturnya" demikian kata Nia.
Membuat hatiku berasa lega. Nia menduga, saya sudah berupaya mengaturnya. Walau sebenarnya saya alami insiden yang benar-benar pahit, serta baru kali pertamanya kualami sewaktu hidupku. Awalnya saya tidak yakin. Tetapi ini riil. Saya benar-benar loyo. Serta teramat loyo. Lemah. Teramat lemah. Mengapa saya tidak perkasa lagi? Begitu tidak berartinya saya untuk lelaki. Memang di satu bagian, saya tidak jadi "Memperkosa" seorang wanita polos. Tetapi di lain sisi, saya berasa cemas dengan situasiku.
Tidak ada yang kuberi tahu seorang juga, mengenai hilangnya keperkasaanku. Serta untuk pastikan abnormalitasku, satu minggu selanjutnya saya berkunjung ke satu tempat prostitusi yang cukup jauh dari kotaku. Persisnya di wilayah Cianjur. Saya ingin semakin memberikan keyakinan lagi situasiku. Nafsu sexualku masih menggelora. Tetapi buat apa, bila tidak dapat melakukan. Benar-benar benar-benar tidak bermakna. Membuat malu..
Tanpa ada banyak basa-basi lagi, kupilih seorang wanita yang sesuai seleraku. Montok, cantik, putih serta mulus. Tidak kutanya nama serta hal ikhwalnya jadi seorang WTS. Saya langsung menggumul badannya. Sama-sama berpagutan bibir, sekalian melepas baju semasing. Dorongan birahiku benar-benar kuat. Dengan penuh nafsu, kubaringkan badannya. Lalu kutindih badannya yang telah telanjang bundar. Kontan saja, vagina-ku sentuh pahanya. Kurasakan lagi tekanan kuat dari pada tubuh, yang menyebar pada penis-ku. Jangankan untuk memasukkan pada vagina-nya. Baru menyentuhnya , saya tidak tahan meredam kuatnya arus air mani. Hingga.. cret.. cret.. maniku muncrat pada perutnya. Lalu saya terkulai lemas.
Ia tersenyum geli, sekalian bersihkan penis-ku dengan handuk. Begitu malunya saya. Senyumnya seolah menertawai saya. Membuat saya segera kenakan pakaian lagi, lalu membayarnya. Jika saja saya tidak malu, kemungkinan saya telah berteriak. Saya tidak dapat terima situasi semacam ini. Saya betul-betul alami ejakulasi awal.
*****
Saya betul-betul teraniaya dengan situasi semacam ini. Seperti dalam satu hari, saat saya berteman dengan seorang aktris panggung. Noni namanya. Seorang janda beranak satu, yang beritanya senang jual diri . Serta memang info itu tidak meleset. Faktanya ia mulai merayuku, saat dalam satu malam berkunjung ke rumahnya. Tentunya saya melayaninya, karena saya juga telah terangsang semenjak awalannya berjumpa. Ditambah baju yang dikenainya demikian serba mini. Hingga belahan buah dadanya yang bundar serta besar, nampak secara jelas. Pahanya yang montok juga, seperti menyengaja ditampilkan, dengan kenakan rok yang benar-benar mini.
Seputar jam sembilan melalui limabelas menit. Anaknya yang baru berumur lima tahun, telah terdengar suara dengkurnya di kamar. Saya cuma berduaan di ruang tamu. Duduk di bangku dengan tempat bertemu. Buah dadanya semakin menantangku.
"Saya ingin permisi dahulu, Mbak" Kataku dengan suara memancing. Ingin pastikan sikapnya.
"Mengapa cepat-cepat? Tenang saja. Ingin tonton film yang baru?" demikian tuturnya sekalian bergerak dari bangku, ke arah satu tv. Lalu tangannya buka laci, serta seperti mencari suatu hal. Selang beberapa saat ambil satu kaset VCD.
"Ini ramai, lho" Tuturnya lagi, sekalian menghidupkan VCD, yang tersimpan di tepi TV-nya. Lalu menyetelnya tanpa ada sangsi lagi. Kukira film nasioanal. Rupanya satu film semi blue yang semenjak awal, telah mengeksploitas sexual. Kontan saja nafsu birahiku semakin membara. Kulihat tiraig jendelanya telah tertutup rapi. Tetapi mataku tertuju pada daun pintu. Noni juga sama seperti yang pahami. Ia ke arah pintu, lalu menguncinya.
Benar-benar berani sekali Noni. Ia langsung duduk di sebelahku, dengan rapatkan badannya. Tatapan matanya telah tidak asing lagi. Satu ajakan untuk lakukan jalinan seks. Senyumannya bawa bibirku untuk melumat bibirnya. Kami sama-sama bercumbu dengan penuh hasrat birahi. Siaran film juga tidak diacuhkan lagi. Saya semakin asyik nikmati adegan yang riil. Buah dada yang semenjak awal cuma kulihat, kesempatan ini dapat kuremas-remas serta kujilati dengan lidahku. Begitu enaknya permainan ini. Telah kubayangkan, goyangan pantatnya akan gesit. Karena saya sempat melihat goyang pinggulnya di atas panggung. Pantatnya berputar-putar demikian indah. Serta sekarang, saya tinggal menanti waktunya yang akan selekasnya datang.
Tangan Noni buka ikat pinggang serta relesting celanaku. Lalu memasukkan tangannya ke celanaku. Penislku yang telah menegang, digenggamnya dengan kuat, serta dipermainkannya sesaat. Benar-benar berasa demikian nikmat. Tetapi kembali lagi tekanan air maniku telah memaksakan untuk keluar. Entahlah sebab tangannya yang demikian lembut atau apa. Yang tentu, saya tidak tahan lagi. Saya sadar akan "bahaya". Tanganku segera membimbing tangannya keluar dari dalam celanaku. Bersama-sama itu juga, air maniku muncrat.
Saya berupaya untuk tenang. Tidak menunjukkan mengalami orgasme. Untungnya air maniku tidak terlihat, hingga Noni tidak tahu apakah yang tengah berlangsung. Ia masih mencumbuku, serta mulai buka pakaian kaosnya. Saya juga berupaya layani Noni, walaupun sangat terasa cemplang. Untuk harga diriku, saya berupaya untuk bernafsu. Noni buka kancing bajuku satu-satu. Sesaat badan sisi atasnya telah bugil. Saya memasukkan jemari tanganku dari sisi bawah rok mininya. Tidak begitu susah. Kutemukan lubang vaginanya yang telah berlendir. Serta Noni secara cepat buka celana dalamnya. Hingga saat roknya disingkapkan, saya lihat panorama yang demikian indah. Tetapi saya telah lemas. Saya tidak bergairah. Penis-ku telah tidur lagi. Kupermainkan clitorisnya dengan cukup memaksa.
"Mari" Noni berbisik dengan nafasnya yang mendesah.
Sesaat saya berasa bingung, serta coba cari jalan untuk melawannya.
"Non, saya ingin ke air dahulu" Pada akhirnya itu yang kukatakan.
Noni stop mencumbuku dengan keheranan. Tetapi ia juga mengangguk, walaupun terbersit satu kekesalan dari raut mukanya.
"Dimana kamar mandinya?" Tanyaku sekalian berdiri. Noni menunjuk mengarah dapur. Saya juga selekasnya bergerak.
Di kamar mandi, saya buka celanaku. Kubasahi penis-ku, lalu kubalur dengan sabun. Tanganku berusaha untuk mengocoknya secara cepat. Susah sekali. Untuk dibangunkan. Kupaksa lagi lebih cepat, sekalian membayangkan kesenangan sexual. Kira-kira lima menit selanjutnya, baru perlahan penis-ku berdiri. Saya mulai punyai keinginan baru. Kupertahankan situasi penis-ku. Lalu saya segera keluar dari kamar mandi, serta mendekati Noni dengan kenakan celana dalam saja.
Noni masih duduk, 1/2 berbaring di atas bangku. Ia terlihat tersenyum, memandangku. Entahlah senyuman apa. Saya tidak perduli. Yang pasti saya dengan cepatnya menindih badan Noni. Kubuka celana dalamku. Penis-ku cukup melembek lagi. Segera kukocok seringkali, serta.. bles.. kumasukan pada vagina Noni. Secara cepat juga kupompa. Lama kelamaan, saya mulai merasai kesetimbangan. Penis-ku telah prima, masuk-keluar pada vagina Noni. Saya juga merasai kesenangan dari goyangan Noni yang benar-benar sangat gesit. Beberapa lama, saya serta Noni sama-sama berpagutan dalam irama yang cepat. Nafasnya telah terdengar tidak teratur. Badannya juga dibanjiri keringat. Suara desahannya ketahan. Tangannya mendesak pantatku dengan keras.
"Emh.. hem" Itu suara yang keluar dari bibirnya.
Badannya mengejang, sekalian tangannya memeluk badanku dengan erat. Saya juga pada kondisi yang sama. Kurasakan puncaknya akan selekasnya datang. Badanku makin mendekat dengan badan Noni. Saya memeluknya dengan erat. Kutekan penis-ku dalam-dalam, sekalian bibirku menggigit lehernya. Cret.. saya rasakan air maniku keluar di vagina-nya. Indah sekali. Bersama-sama itu juga, Noni capai orgasme. Berasa ada kehangatan pada penis-ku, yang masih tetap bersarang di dalam vagina-nya. Kami capai titik orgasme di saat yang bertepatan. Saya bahagia. Saya dapat merasai lagi enaknya bersetubuh. Saya bahagia sekali. Benar-benar bahagia.
Noni nampak senang dengan persetubuhan ini. Ia ajakku bermalam di tempat tinggalnya. Saya juga tidak menampik, karena situasi telah tengah malam. Dengan suka hati, Noni memasakanku mie rebus. Kami makan dengan lahapnya. Tidak lupa, Noni juga membikinkan satu gelas kopi panas. Membuat badanku fresh kembali lagi. Kuhisap sebatang rokok, sekalian nikmati situasi yang demikian membahagiakan.
Satu jam selanjutnya, Noni ajaku lagi mendaki pucuk kesenangan. Tentunya tidak kutolak. Karena saya juga telah berasa kuat lagi. Serta yang tentu, hasrat birahiku mulai kembali bangkit. Tetapi barusan kami bercumbu, mendadak terdengar suara tangisan anaknya dari dalam kamar. Tentunya Noni selekasnya stop, serta lari ke arah kamar. Saya ambil nafas panjang.
"Darma" Noni menyebutku dari dalam kamar.
Saya juga segera bangun, serta lari ke arah kamar. Kulihat Noni sedang memeluk anaknya.
"Matikan lampunya!" Kata Noni sekalian memberikan setop contact, yang terletak tidak jauh dari tempatku berdiri.
Kupijit. Serta situasi juga jadi gelap.
"Maah, gelaap" suara anaknya terdengar lagi. Walau sebenarnya barusan keliatannya telah tidur lagi.
"Iya sayang, ini ada Mamah di sini. Listriknya mati. Mari tidur lagi" Terdengar jawaban Noni pada anaknya.
Saya mendekati Noni dengan berhati-hati. Kurebahkan badanku di belakang Noni.
"Anakku harus dipeluk terus" Noni berbisik benar-benar perlahan-lahan. Saya juga pahami.
Kubuka saja dahulu semua bajuku. Lalu tanganku meraba badan Noni. Kubuka semua bajunya dengan cukup berhati-hati. Kupeluk dari belakang, sekalian kucumbu sisi lehernya. Turun ke punggungnya, sampai pada pinggangnya. Noni mendesah, tetapi tidak melepas pelukan pada anaknya. Tanganku menerobos belahan pahanya. Lalu kumasukan jariku, mendustai clitorisnya. Kembali lagi Noni mendesah, serta cukup menggelinjang. Penis-ku semakin menegang. Saya tidak kuat lagi, ingin memasukannya. Tangan kiriku melingkar pada lehernya. Tangan kananku kerja, untuk memapah penis-ku. Noni pahami. Ia mengusung pahanya sedikit, memberi jalan masuk. Walaupun sedikit susah dengan tempat semacam itu, tetapi pada akhirnya penis-ku dapat masuk dari belakang. Langsung kupompa dengan cukup perlahan-lahan. Terdengar rintihan ketahan dari mulut noni.
Beberapa lama selanjutnya, Noni ambil tempat menungging, dengan tangan yang masih tetap mendekap badan anaknya. Saya pahami, apakah yang diharapkan Noni. Satu style yang seringkali disaksikan dalam film blue. Kuikuti saja, serta memang dengan tempat menungging, penis-ku dapat masuk dengan gampang. Kupompa, keluar-masuk. Walaupun tidak disertai cumbuan bibir, namun sangat terasa nikmat. Kukencangkan pompaanku, sekalian kupegang ujung rambutnya. Tidak ganti, seperti sedang menunggang kuda. Terdengar bunyi tempat tidur yang bergoyang, bersahutan dengan hentakan nafasnya dalam tiap hentakan penis-ku.
Sesudah beberapa lama dengan tempat menungging, mendadak tangan Noni keluarkan penis-ku. Lalu ia menarik tanganku untuk turun ke lantai, dengan nafasnya yang semakin mengincar. Saya diminta berbaring. Sedang ia ambil tempat di atasku, bertemu. Tangannya demikian cekatan, memapah penis-ku pada lubang vagina-nya. Lalu ia menggoyahkan pantatnya 1/2 berputar-putar. Makin cepat goyangannya, semakin berasa demikian nikmat.
"Akh" Ada suara ketahan dari mulutnya.
Saya juga meremas buah dadanya dengan penuh perasaan. Berasa irama goyangannya semakin tidak teratur, bersama-sama desahan nafasnya yang semakin terdengar keras. Ke-2 telapak tangannya menyeka-usap bulu dadaku serta memijitnya. Saya mulai ke arah pucuk orgasme, sampai kuangkat paha, dan kutekan penis-ku kuat-kuat. Noni juga mendesak vagina-nya serta hentikan goyangannya. Lalu badannya mengejang, dengan keluh kesah panjangnya. Badannya terkulai lemas, menindihku. Saya semakin bergairah. Tinggal sesaat lagi, maniku akan keluar. Mendadak Noni bangun dengan sisa-sisa tenaganya. Penis-ku lepas dari vagina-nya. Tangan Noni menggenggam penis-ku, lalu mengulum dengan mulutnya. Berasa kontolku dihisapnya. Tentunya, maniku secara cepat juga muncrat ke mulutnya. Cret.. cret..
"Aah" bibirku juga tidak ketahan untuk keluarkan suara itu. Noni mengelus-elus penis-ku.
"Sayang, tidurnya di bangku yah" Noni berbisik. Saya juga pahami.
Noni membantuku kenakan pakaian. Lalu menggandeng tanganku ke arah bangku di ruang tamu. Saya langsung tertidur dengan nyenyak serta penuh kenikmatan.
*****
Jam sembilan pagi, saya baru bangun. Di meja telah ada satu gelas kopi serta beberapa jenis camilan. Saya benar-benar sangat lapar. Lalu saya bersihkan muka serta gosok gigi dahulu. Kemudian, baru saya melahap sajian Noni. Sedang Noni sendiri entahlah ke mana. Sesudah habiskan sebatang rokok, saya bangun serta mengambil langkah ke arah kamar mandi. Kubuka bajuku. Lalu kubasuh badanku dengan air yang demikian jernih. Mendadak, pintu diketok di luar.
"Siapa?"
"Noni"
Kubuka pintunya. Noni berdiri di muka pintu sekalian tersenyum. Ia telah nampak fresh, dengan kenakan pakaiannya yang cukup rapi.
"Mana anakmu?"
"Lagi sekolah. Entar jam sepuluh dijemput"
"Dimana?"
"Ya di TK, dong" jawabnya. Membuat tanganku secara cepat, menarik tangannya.
Noni masuk dalam kamar mandi. Kukunci pintunya. Ia pasrah, saat pakaiannya kubuka satu-satu. Kukucurkan air pada badannya yang telah bugil. Noni menggigil. Tetapi saya suka melihatnya. Kupeluk dengan hasrat nafsu yang mulai kembali bangkit. Adegan seks juga terulang lagi untuk ke-3 kalinya. Serta di kamar mandi, saya serta Noni mempraktekan beberapa adegan yang sempat kulihat dalam film blue. Klimaknya kuambil adegan duduk dengan kaki menyilang. Begitu enaknya. Badannya seolah ingin bersatu, karena sangat eratnya pelukanku serta pelukannya. Kesempatan ini, kami capai pucuk klimak bertepatan kembali lagi. Semua disudahi dengan mandi bersama-sama. Noni. Oh, Noni.. Terima kasih. Noni sudah kembalikan keyakinan diriku kembali lagi.
*****